
Dihadiri sekitar 300 orang dari Kalbar, termasuk Sarawak, Malaysia, pada Rabu (4/9/2019), hari ke-3 Gawai Serumpun Tampun Juah (GSTJ) 2019, Institut Dayakologi luncurkan buku "Tampun Juah Titik Balik Peradaban Dayak: Revitalisasi Identitas Budaya melalui Pemberdayaan Holistik". Buku ditulis oleh Krissusandi Gunui' dan Ansilla Twiseda Mecer. Sedangkan tim kontributor data terdiri dari Oktavianus, P. Bendi, Nani Weni, Darius Culen, Yohanes Iswadi, T. Duyung, Silvina Wina, P. Kenedi, Vinsensius P, G. Burhan, Y. Mincin, dan Ronny B. Editor buku adalah R. Giring, praktisi antropologi dari Pancur Kasih.
Krissusandi Gunui', Direktur Eksekutif ID sebagai lembaga penerbit mengatakan bahwa buku tersebut merupakan hasil dari kerjasama banyak pihak dan memerlukan waktu yang cukup lama--mulai dari aktivis lapangan, tokoh adat, tokoh perempuan, kaum muda dan tokoh pemerintah desa di komunitas Tampun Juah, baik dari Ketemenggungan Sisang, Iban Sebaruk Tanah Kedieh maupun Bisomu. Dia menambahkan, buku ini selain berisi tentang sejarah lisan Tampun Juah sebagai menua asal dari versi iban Sebaruk, Mualang dari rumpun Ibanik, dan menurut versi Bi Somu dan Sisang dari rumpun Bidayuhik, buku ini juga menyajikan pengalaman pendampingan melalui pemberdayaan holistik di Komunitas Tampun Juah. "ID bekerja sama dengan Pemda sanggau sejak 2011 melalukan kajian kondisi sosial ekologi Tampun Juah. Kemudian, lebih intensif lagi 3 tahun terakhir ID dan lembaga-lembaga anggota GPPK, PPSDAK, YKSPK, LBBT dan CUFPPK bekerja sama dengan Pemda Sanggau melakukan serangkaian kegiatan pendampingan melalui pendekatan pemberdayaan holistik di Komunitas Tampun Juah, termasuk mengawal penyelamatan hutan adat Tembawang Tampun Juah, Kampung Segumon Ketemenggungan Sisang, proses permohonan hingga ditetapkan Negara melalui SK menteri LHK yang diserah terimakan langsung oleh Presiden Jokowi di Istana Merdeka pada September 2018 lalu. Kawasan seluas sekitar 650-an ha yang terletak di perbatasan RI-Sarawak ini adalah sisa-sisa dari eksploitasi manusia terutama ekspansi perkebunan kelapa sawit milik PT. SISU II dan PT. Global. Keberadaan sosial ekologinya penting diselamatkan, apalagi tempat tersebut telah diperlakukan seperti situs sejarah dan budaya bagi lebih dari 100 Subsuku Dayak dari rumpun Ibanik dan Bidayuhik," jelas Gunui' saat menghantar peluncuran buku itu. "Dikatakan titik balik peradaban, karena di Tampun Juah inilah orang Dayak mengakhiri hukuman tampun yang tak manusiawi, yang mengorbankan nyawa manusia untuk ritual pengobatan orang sakit, diganti dengan hukum baru yang beradab, diganti dengan hewan peliharaan, babi dan ayam serta perlengkapan lainnya. Jadi, dari sini pula peradaban Dayak, khususnya rumpun Ibanik dan Bidayuhik dimulai. Buku ini juga memaparkan pengalaman lapangan selama pendampingan melalui pemberdayaan holistik Komunitas Tampun Juah. Pembaca bisa memetik pembelajaran atas pengalaman tersebut, "imbuhnya.
Dalam kesempatan itu dia juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada para tokoh adat, perempuan, kaum muda, aktivis lapangan, Pemerintah Daerah Kab. Sanggau, pemerintah desa di Komunitas Tampun Juah yang selama ini antusias dalam berkolaborasi, bersinergi dalam proses pendampingan komunitas, dan terutama dalam proses menghimpun data yang kemudian diolah penulis sampai menjadi buku setebal lii + 330 halaman tersebut. Hal senada disampaikan Ansilla Twiseda Mecer, penulis dan Ketua YKSPK menandaskan bahwa proses pendampingan perempuan adat Komunitas Tampun Juah, telah memberikan nilai plus bagi isi buku tersebut. “Buku ini juga memaparkan pengalaman lapangan sekolah perempuan adat untuk merespon kebutuhan peningkatan kapasitas kepemimpin pada kaum perempuan Komunitas Tampun Juah,”ucapnya.
Menggali dan Mewariskan Sejarah Lisan
Sejarah lisan tentang Tampun Juah sebagai menua asal menurut Subsuku Dayak Iban Sebaruk, Subsuku Dayak Mualang, Subsuku Dayak Bi Somu dan Sisang dipaparkan dengan apik, tak ketinggalan kisah menurut versi Iban Sarawak berikut interpretasinya juga dipaparkan di sini. "Ini perlu untuk menjawab masalah kekurangan sumber tertulis mengenai Tampun Juah di Kalbar, Indonesia, "jelas R. Giring, editor buku ini. Dia mengapresiasi penulisan dan penerbitan buku ini. Menurutnya, pesan Komunitas Tampun Juah dalam buku ini sangat jelas, yaitu tegakkan "rumah panjang" kami. Ini kalimat yang tepat untuk menggambarkan pesan dan semangat dari gerakan kebudayaan Komunitas Tampun Juah melalui upaya-revitalisasi budaya; tentang pentingnya penggalian dan pewarisan budaya, "ujarnya saat memoderatori proses peluncuran buku tersebut.
Peluncuran buku dilanjutkan dengan serah terima buku dari penerbit dan penulis, masing-masing kepada Themotty perwakilan Iban Sarawak, Malaysia, Prof. Dr. Neilson Ilan Mirsat yang diwakili panglima Richard, ketua panitia GSTJ 2019, Temenggung Iban Sebaruk Tanah Kedieh, Temenggung Sisang, Temenggung Bisomu, Pemerintah Desa Lubuk Sabuk, Sungai Tekam, Malenggang, Semongun, dan perwakikan perempuan dari Kampung Sisang. Semoga generasi muda semakin terdorong mengambil manfaat dari buku iniuntuk mewariskan adat, tradisi dan budayanya.